"SELAMAT DATANG DI BLOG SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA"
Alamat :
Jl. Kokrosono No. 70-A Semarang - Kode Pos 50179 - Telp./Faks. (024) 3559552
Kota Semarang - Jawa Tengah

Rabu, 25 April 2012

LINGUISTIK 8: FONOLOGI

FONOLOGI
Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda.
Pada tahap pertama runtutan bunyi disegmentasikan bedasarkan adanya jeda yang paling besar dan disegmentasikan lagi pada tahap-tahap selanjutnya sehingga sampai pada kesatuan-kesatuan runtutan bunyi yang disebut silabel/suku kata.
Silabel merupakan satuan runtutan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring. Adanya puncak kenyaringan/sonoritas inilah yang menandai silabel itu. Puncak kenyaringan biasanya ditandai dengan sebuah bunyi vokal.
Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi 2 fonetik dan fonemik.
Fonetik adalah cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Fonemik adalah memperhatikan bunyi-bunyi tersebut sebagai pembeda makna, tetapi ada pakar yang menggunakan istilah fonologi untuk pengertian yang disini kita sebut fonemik.
A. FONETIK
Adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi pembeda makna atau tidak.
Fonetik dibedakan menjadi tiga, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris.
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis/fisiologis mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis/alam. Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga kita. Fonetik organis sebagian besar termasuk linguistik. Fonetik akustik sebagian besar termasuk fisika. Fonetik auditoris sebagian besar termasuk neurologi.
1. Alat Ucap
Adalah hal pertama yang dibicarakan dalam fonetik artikulatoris alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut :
a. Paru-paru n. Ujung lidah
b. Batang tenggorok o. Anak tekak
c. Pangkal tenggorok p. Langit-langit lunak
d. Pita suara q. Langit-langit keras
e. Krikoid r. Gusi
f. Tiroid s. Gigi atas
g. Antenoid t. Gigi bawah
h. Dinding tenggorok u. Bibir atas
i. Epiglotis v. Bibir bawah
j. Akar lidah w. Mulut
k. Pangkal lidah x. Rongga mulut
l. Tengah lidah y. Rongga hidung
m. Daun lidah
Bunyi dibedakan menjadi dua yi bunyi dental dan bunyi labial
2. Proses Fonasi
Ÿ Dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok yang di dalamnya terdapat pita suara (dalam keadaan terbuka agar bisa keluar bunyi)
Ÿ Empat macam posisi pita suara
a. Pita suara terbuka lebar
b. Pita suara agar lebar
c. Pita suara terbuka sedikit
d. Pita suara tertutup sama sekali
Ÿ Jika pita suara terbuka lebar maka tidak akan terjadi bunyi. Jika terbuka agak lebar maka terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuara. Jika pita suara terbuka sedikit maka akan terjadi bunyi bersuara. Jika pita suara tertutup rapat maka akan terjadi bunyi hamzah.
Ÿ Tempat bunyi bahasa terjadi disebut tempat artikulasi alatnya disebut artikulator. Artikulator ada dua yaitu artikulator aktif dan artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang digerakkan/bergerak. Artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak dapat bergerak yang didekati artikulator aktif.
3. Tulisan Fonetik
Ÿ Dalam tulisan fonetik setiap huruf/lambang nny digunakan untuk melambangkan satu bunyi bahasa.
Ÿ Dalam tulisan fonetik setiap bunyi, baik yang segmental maupun yang suprasegmental dilambangkan secara akurat.
Selain tulisan fonetik dan tulisan fonetik adalah tulisan lain yaitu tulisan ortografi.
Sistem tulisan ortografi dibuat untuk digunakan secara umum di dalam masyarakat suatu bahasa.
4. Klasifikasi Bunyi
Dibedakan atas konsonan dan vokal.
Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit.
Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar diteruskan ke rongga mulut/rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu.
a. Klasifikasi vokal
- dibedakan berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut
- posisi lidah bisa bersifat vertikal / horizontal
- secara vertikal dibedakan menjadi vokal tinggi, vokal tengah dan vokal rendah.
- secara horizontal dibedakan menjadi vokal depan, vokal pusat dan vokal belakang.
- menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tak bundar.
b. Diftong atau vokal rangkap
- disebut vokal rangkap karena posisi lidah pada bagian awal dan bagian akhir berbeda.
- diftong dibagi dua, yaitu diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena posisi pertamanya lebih rendah di posisi kedua dan sebaliknya.
Contoh: au, ai, au, oi.
c. Klasifikasi konsonan
- Berdasarkan posisi pita suaranya dibedakan menjadi bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara.
- Berdasarkan tempat artikulasinya dibedakan menjadi:
Ÿ Bilabilal : terjadi pertemuan bibir bawah yang merapat pada bibit atas.
Ÿ Labiodental : terjadi pada gigi bawah dan bibir atas. Gigi bawah merapat pada bibit atas.
Ÿ Laminoalveolar : terjadi pada pangkal lidah dan langit-langit lunak.
- Berdasarkan cara artikulasinya:
Ÿ hambat (letup, plosif, stop) Ÿ getaran/trill
Ÿ geseran/frikatif Ÿ sampingan/lateral
Ÿ paduan/afrikatif Ÿ hampiran/aproksiman
Ÿ sengauan/nasal
5. Unsur Suprasegmental
Dibedakan menjadi:
a. Tekanan/stress
Menyangkut masalah keras lunaknya bunyi.
b. Nada/pitch
- Berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.
- Empat macam nada, yaitu:
Ÿ Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4
Ÿ Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3
Ÿ Nada sedang/biasa, diberi tanda dengan angka 2
Ÿ Nada rendah, diberi tanda angka 1
c. Jeda/persendian
- Berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar
- Disebut jeda karena ada hentian disebut persendian karena di tempat perhentian itu terjadi persambungan dibedakan menjadi sendi dalam dan sendi luar.
- Sendi luar dibedakan menjadi:
Ÿ Jeda antar kata (/)
Ÿ Jeda antar frase (//)
Ÿ Jeda antar kalimat (#)
6. Silabel atau Suku Kata
Silabel adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Salu silabel biasanya meliputi satu vokal atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Bunyi yang paling banyak mengguna-kan ruang resonansi itu adalah bunyi vokal, oleh karena itu bunyi vokal disebut bunyi silabis/puncak silabis.
B. FONEMIK
Objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem.
1. Identifikasi fonem
Untuk mengetahuinya kita harus mencari sebuah satuan bahasa lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. jika kedua satuan bahasa itu berbeda maka berarti bunyi tersebut adalah fonem, karena fonem berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu.
2. Alofon
Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem disebut alofon, seperti identitas fonem, identitas alofon juga digunakan pada satu bahasa tertentu.
Alofon-alofon dari sebuah fonem punya kemiripan fonetis. Artinya banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapan. Tentang distribusinya, mungkin bersifat komplementer, mungkin juga bersifat bebas.
Yang dimaksud dengan distribusi komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak ditukarkan, jika ditukarkan juga tidak menimbulkan perbedaan makna.
Distribusi bebas adalah alofon-alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.
3. Klasifikasi Fonem
Kriteria prosedur klasifikasi fonem sebenarnya sama dengan cara klasifikasi bunyi.
Fonem-fonem berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmental terhadap arus ujaran disebut fonem segmental. Sebaliknya yang disebut fonem suprasegmental yaitu yang berupa unsur suprasegmental. Tapi dalam bahasa Indonesia unsur suprasegmental tampaknya tidak bersifat fonemis maupun morfemis, namun intonasi mempunyai peranan pada tingkat sintaksis.
4. Khazanah Fonem
Adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Jumlah fonem yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan bahasa lain.
5. Perubahan Fonem
Ucapan sebuah fonem berbeda sebab tergantung pada lingkungannya/pada fonem-fonem yang lain yang berbeda di sekitarnya.
a. Asimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya. Contoh: sabtu (lazim diucapkan saptu)
b. Netralisasi dan arkifonem
Contohnya pada kata hard. Fonem pada kata hard yang bisa berwujud /t/ atau /d/ dalam istilah linguistik disebut arkifonem.
Fonem punya fungsi sebagai pembeda makna kata akan tetapi pada kata pasangan /sabtu/ dan /saptu/ keduanya tidak membedakan makna sehingga disebut netralisasi.
c. Umlaut, ablaut dan harmoni vokal
Umlaut : perubahan vokal sehingga berubah menjadi vokal yang lebih tinggi.
Misal: bunyi /a/ pada kata handje lebih tinggi dari kata /hand/
Ablaut : perubahan vokal untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Misal: dalam bahasa Jerman vokal /a/ menjadi /ä/
Harmoni vokal: keselarasan vokal yang terdapat dalam bahasa Turki.
d. Kontraksi
Yaitu menyingkat atau memperpendek ujarannya.
e. Metatesis dan epentetis
Metatesis : proses mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.
Contoh: bentuk kata sapu, ada bentuk apus dan usap.
Epentetis : yang homorgen dengan lingkungannya disisipkan dalam sebuah kata.
Contoh : kampak dan kapak.
g. Fonem dan Grafem
Fonem : satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata.
Grafem : lambang alofon-alofon uang merealisasikan sebuah fonem itu.
Contoh : grafem e dipakai untuk melambangkan dua buah fonem yang berbeda yakni fonem /e/ dan fonem /ә/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar