"SELAMAT DATANG DI BLOG SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA"
Alamat :
Jl. Kokrosono No. 70-A Semarang - Kode Pos 50179 - Telp./Faks. (024) 3559552
Kota Semarang - Jawa Tengah

Kamis, 26 April 2012

PANTUN

Pantun Teka-teki

Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?

Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi

Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala dibawah ?


Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya

Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya ?

==================================

Pantun Perpisahan

Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati jangan

Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati

Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan

Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga

Bunga Cina bunga karangan
Tanamlah rapat tepi perigi
Adik dimana abang gerangan
Bilalah dapat bertemu lagi

Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi

Source : Puisionline

SILOGISME

Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Penalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan/dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita lebih sering mengikuti polanya saja, meskipun kadang-kadang secara tidak sadar.
Misalnya ucapan “Ia dihukum karena melanggar peraturan “X”, sebenarnya dapat kita kembalikan ke dalam bentuk formal berikut:
a.   Barang siapa melanggar peraturan “X” harus dihukum.
b.   Ia melanggar peraturan “X”
c.    la harus dihukum.
Bentuk seperti itulah yang disebut silogisme. Kalimat pertama (premis ma-yor) dan kalimat kedua (premis minor) merupakan pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan (kalimat ketiga).
Pada contoh, kita lihat bahwa ungkapan “melanggar …” pada premis (mayor) diulangi dalam (premis minor). Demikian pula ungkapan “harus dihukum” di dalam kesimpulan. Hal itu terjadi pada bentuk silogisme yang standar.
Akan tetapi, kerap kali terjadi bahwa silogisme itu tidak mengikuti bentuk standar seperti itu. Misalnya:
Semua yang dihukum itu karena melanggar peraturan
Kita selalu mematuhi peraturan
Kita tidak perlu cemas bahwa kita akan dihukum.
Pernyataan itu dapat dikembalikan menjadi:
a. Semua yang melanggar peraturan harus dihukum
b. Kita tidak pernah melanggar (selalu mematuhi) peraturan
c. Kita tidak dihukum.
Secara singkat silogisme dapat dituliskan : JikaA=B dan B=C maka A=C
.
1)   Premis dan Term
Untuk memahami silogisme perlu kita ketahui dahulu beberapa istilah yang digunakan. Proposisi ialah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Premis ialah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan berdasarkan premis mayor dan premis minor. Subjek pada kesimpulan itu merupakan term minor. Term menengah menghubungkan term mayor dengan term minor dan tidak boleh terdapat pada kesimpulan. Perlu diketahui, term ialah suatu kata atau kelompok kata yang menempati fungsi subjek (S) atau predikat (P).
Contoh:
(1)   Semua cendekiawan adalah manusia pemikir.
(2)   Semua ahli filsafat adalah cendekiawan.
(3)   Semua ahli filsafat adalah manusia pemikir.
Bentuk di atas merupakan bentuk standar silogisme. Di dalamnya terdapat 3 term (hanya 3 term), yaitu term mayor, minor, dan tengah. Term-term itu tercantum dalam kalimat yang disebut proposisi. Proposisi (1), dan (2) merupakan premis yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan pada proposisi nomor (3). Proposisi (1) merupakan premis mayor yaitu premis yang merupakan pernyataan dasar umum yang dianggap benar untuk suatu kelas tertentu. Di dalamnya terdapat term mayor (manusia pemikir) yang muncul dalam kesimpulan sebagai predikat.
Proposisi (2) merupakan premis minor yang mengemukakan pernyataan tentang peristiwa atau gejala khusus yang merupakan bagian atau anggota kelas premis mayor. Di dalamnya terdapat term minor (ahli filsafat) yang menjadi subjek dalam kesimpulan. Term mayor itu dihubungkan oleh term tengah (cendekiawan) yang tidak boleh diulang di dalam kesimpulan. Term tengah inilah yang memungkinkan kita menarik kesimpulan.
2)   Macam-macam Proposisi
Berdasarkan pengertian tentang term, maka proposisi dapat pula dibatasi sebagai pernyataan tentang hubungan antara term-term. Dari kualitasnya hubungan itu mungkin berisi pembenaran (positif), yaitu menyatakan adanya hubungan antara term-term; atau bersifat mengingkari (negatif), artinya menyatakan tidak adanya hubungan antara term-term.
Proposisi dapat digolong-golongkan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:
(1) Menurut bentuknya, proposisi dapat dibedakan sebagai proposisi tunggal dan majemuk. Proposisi tunggal ialah proposisi yang hanya berisi satu pernyataan saja, sedangkan proposisi majemuk merupakan gabungan antara dua proposisi tunggal atau lebih.
Contoh:
Tunggal:
Semua manuasia fana
Setiap calon mahasiswa harus mengikuti ujian seleksi.
Majemuk:
Semua manusia fana dan pernah lupa.
Tidak seorangpun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar ITB dan IPB.
Proposisi “Semua manusia fana dan pernah lupa” sebenarnya merupakan gabungan dua proposisi tunggal, yaitu “Semua manusia fana” dan “Semua manusia pernah lupa”. Karena kedua proposisi itu positif, maka gabungannya merupakan proposisi majemuk kopulatif Sedangkan “Tidak seorangpun siswa SLA menjadi Senat Guru Besar ITB dan IPB” merupakan himpunan dua proposisi tunggal negatif, yaitu “Tak seorang pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar ITB” dan “Tak seorang pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar IPB”. Gabungan seperti itu merupakan proposisi majemuk rimotif.
(2) Menurut sifat pembenaran atau pengingkaran hubungan antara Subjek dan Predikat , proposisi mungkin merupakan proposisi kategoris atau proposisi kondisional. Jika hubungan itu tanpa syarat, proposisi digolongkan ke dalam proposisi kategoris, dan sebaliknya Jika disertai syarat, proposisi termasuk ke dalam proposisi kondisional.
Contoh:
Kategoris:            Sebagian manusia hidup makmur.
Kondisional :        Jika mutu makanan ayam diperbaiki, telur yang di-hasilkan lebih bermutu.
Proposisi kondisional dapat dibagi lagi menjadi proposisi kondisional hipotetis dan proposisi kondisional disjungtif.
♣  Proposisi kondisional hipotetis terdiri atas dua bagian, yaitu anteseden dan konsekuen. Anteseden ialah bagian yang berisi syarat dan konsekuen berisi akibat. Menurut logika tradisional anteseden selalu mendahului konsekuen.
Contoh:
Kalau metodenya diubah (anteseden) maka hasilnya akan berbeda (konsekuen).
♣  Proposisi kondisional disjungtif berisi alternatif (pilihan)
Contoh: Pelakunya seorang bekas pelaut atau bekas anggota gerombolan kita akan melanjutkan diskusi ini atau bubar saja
(3) Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dibedakan menjadi proposisi universal dan proposisi khusus (partikular, particular). Pada.proposisi universal, predikat membenarkan atau mengingkari seluruh subjek, sedang pada proposisi partikular hanya membenarkan atau mengingkari sebagian saja.
Ungkapan untuk menyatakan proposisi universal antara lain: semua, seluruh, tiap-tiap, setiap kali, masing-masing, selalu, tidak satu pun, tidak pernah. dan tidak seorang pun. Untuk proposisi partikular biasanya dipergunakan kata-kata seperti: sebagian, banyak, kebanyakan, sering, kadang-kadang, dan dalam keadaan tertentu, beberapa.
(4) Selanjutnya menurut kualitas dan kuantitasnya proposisi dapat digolong-golongkan sebagai berikut:
a. Proposisi universal positif (affirmative), di dalam logika diberi simbol A
b. Proposisi universal negatif: E
c. Proposisi partikular positif: I
d. Proposisi partikular negatif: 0
Contoh:
A :   Semua pengikut Sipenmaru lulusan SLTA.
E :   Tidak satu pun siswa SLA menjadi anggota Senat Guru Besar IPB.
I  :   Beberapa petani memiliki traktor.
0 :   Sebagian mahasiswa tidak pernah melakukan KKN.
3)   Distribusi Term
Menurut kualitas dan kuantitas proposisi, term mungkin bersifat distributif atau nondistributif. Suatu term dikatakan distributif, jika meliputiseluruh denotasinya, dan dikatakan nondistributif, Jika hanya meliputi sebagian saja.
Dengan demikian, maka dalam proposisi
A :   S distributif, P nondistributif.
E :   S distributif, P distributif.
I  :   S nondistributif, P nondistributif
O :  S nondistributif, P distributif.~’

Contoh:
Premis mayor (MY)   :   Manusia makhluk rasional
Premis minor (MN)    :   Kucing bukan manusia
Kesimpulan (K)         :   Kucing tidak rasional
My  :   Setiap manusia pernah lupa
Mn  :   Mahasiswa adalah manusia
K     :    Mahasiswa pernah lupa.
Dari uraian di atas dapat diringkaskan bahwa:
a.    Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
b.    Proses penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan.
c.    Strukturnya tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
d.    Premis mayor berisi pernyataan umum.
e.    Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor (term mayor).
f.     Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
4)  Persyaratan
Selain itu ada beberapa pembatasan yang perlu diketahui sehubungan dengan penalaran dalam bentuk silogisme:
a.   Di dalam silogisme hanya mungkin terdapat 3 (tiga) term.
Contoh:
Semua manusia berakal budi
Semua mahasiswa adalah manusia
Semua mahasiswa berakal budi.
b.   Term tengah tidak boleh terdapat di dalam kesimpulan.
c.   Dari dua premis ingkar (negatif, menggunakan kata “tidak”atau”bukan) tidak dapat ditarik kesimpulan.
d.   Kalau kedua premisnya positif (tidak ingkar), kesimpulannya harus positif.
e.    Term-term yang mendukung proposisi harus jelas, tidak pengertian ganda atau menimbulkan keraguan..
Misalnya:
My :    Semua buku mempunyai halaman
Mn :    Ruas mempunyai buku
K   :    Ruas mempunyai halaman.
f.    Dari premis mayor partikular dan premis minor negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
g.    Premis mayor dalam silogisme mungkin berasal dari teori atau diperoleh melalui penelitian ilmiah yang panjang prosesnya. Kebenaran dan kesalahan kesimpulan yang ditarik dari premis yang demikian lebih “mudah” diuji. Tetapi dalam kenyataannya premis mayor kerap kali bersumber pada pendapat umum, kebiasaan, kepercayaan, bahkan,takhayul,kita harus berhati-hati dalam hal terakhir.

Sumber: http://www.scribd.com/doc/9678460/Aspek-Penalaran-Dalam-Karangan

PENALARAN

Ada 3 bentuk pemikiran atau logika dalam setiap individu, yaitu pengertian (konsep), pernyataan (proporsisi), dan penalaran (reasoning).  Penalaran merupakan bentuk tertinggi dari ke tiga bentuk pemikiran tersebut , sehingga penalaran akan lebih rumit jika dibandingkan dengan pengertian dan pernyataan (proporsisi). Penalaran  adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Secara sederhana, penalaran didefenisikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proporsisi – proporsisi yang mendahuluinya.
Contoh:
Logam 1 dipanasi memuai.
Logam 2 dipanasi memuai.
Logam 3 dipanasi memuai, dst.
Jadi disimpulkan:    Semua logam yang dipanasi memuai.
Dari contoh di atas, daapat diketahu bahwa penalaran merupakan gerak pikiran dari proposisi1, proporsisi2, dst, hingga proporsisi yang terakhir (=kesimpulan). Jadi penalaran merupakan suatu proses pikiran yang terdiri dari premis (antasedens) dan konklusi (consequence). Premis merupakan proposisi yang dijadikan sebagai dasar penyimpulan, sedangkan konklusi adalah hasil kesimpulannya.
Metode di dalam penalaran dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu metode penalaran deduktif dan metode penalaran induktif.
1. Metode penalaran deduktif.  Metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, kemudian dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Dengan kata lain, metode ini memiliki konklusi lebih sempit dari pada premisnya.
Contoh:
Semua manusia akan mati. (premis mayor)
Gunawan adalah manusia. (premis minor)
Jadi:  Gunawan akan mati. (konnklusi)
2. Metode penalaran induktif. Kebalikan dari metode penalaran deduktif. Metode ini digunakan dalam berpikir dengan menerapkan hal-hal dari khusus ke umum. Dengan kata lain, metode ini memiliki konklusi yang lebih luas daripada premisnya.
Contoh:
Logam 1 memuai kalau dipanaskan. (premis mayor)
Logam 2 memuai kalau dipanaskan. (premis minor)
Jadi:  Semua logam memuai kalau dipanaskan. (konklusi)
Hukum – Hukum Penalaran
Hukum penalaran ini dibuat untuk memberikan penjelasan dan menerangkan bahwa “benar” tidak sama dengan “logis”.  “Benar” dalam hal ini berhubungan dengan proporsisi. Proporsisi dikatakan benar jika ada kesesuaian antara subjek dan predikat. Sedangkan “logis” berkaitan dengan penalaran (reasoning). Suatu penalaran dapat dikatakan logis jika penalaran tersebut memiliki bentuk yang tepat.
Hukum pertama:  Jika premis benar, konklusi benar.
Contoh:
Semua manusia akan mati.   (premis mayor)   →   benar
Romeo adalah manusia.  (premis minor)  →   benar
Jadi, Romeo akan mati.  (konklusi) →   benar
Hukum kedua:  Jika konklusi salah, maka premisnya akan salah.
Contoh:
Semua manusia akan mati. (premis mayor)   →  benar
Malaikat adalah manusia. (premis minor)   →  salah
Jadi: Malaikat akan mati. (konklusi )  →  salah
Jika konklusi juga akan bernilai salah, maka  ada premis (kedua-duanya atau salah satu) bernilai salah.
Hukum ketiga:  Jika premisnya salah, konklusinya dapat bernilai benar, tetapi dapat juga bernilai salah.
Contoh:
Malaikat itu benda fisik.  (premis mayor)    →   salah
Batu itu malaikat.  (premis minor)   →  salah
Jadi:  Batu itu benda fisik.  (konklusi)    →  benar
Hukum keempat:  Jika konklusi benar,  maka premis dapat benar, tetapi dapat juga bernilai salah
Contohnya dapat dilihat pada contoh hukum ketiga.

sumber:  http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab6-penalaran.pdf

SINTAKSIS 5 : KALIMAT EFEKTIF

Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis /pembicara. Kalimat efektif dapat dikatakan efektif jika kalimat tersebut berhasil menyampaikan pesan, pikiran, gagasan, perasaan pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Suatu kalimat efektif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
A.  Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan ntara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Ciri – ciri kesepadanan suatu kalimat adalah:
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
1.  Bagi semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah. (salah)
.    →   Semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah. (benar)
2. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah)
.    →   Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar)
3. Mereka datang agak terlambat. Sehingga mereka tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran. (salah)
.    →   Mereka datang agak terlambat sehingga mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran. (benar)
.    →   Mereka datang terlambat. Oleh karena itu, mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran. (benar)
4.  Ayah yang berangkat ke kantor.(salah)
.     →   Ayah berangkat ke kantor. (benar)
B. Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
1.  Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (salah)
.     →  Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (benar)
.     →  Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (benar)
2.  Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (salah)
.     →   Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (benar)
C. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap  ide pokok dari kalimat.  Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a.  Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
1.  Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
.     →   Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2.  Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
.     →   Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
b.  Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
→  Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c.  Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengahrukan.
d.  Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e.  Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
1.  Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
2.  Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
D. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi  tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikaranekan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
1.  Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (salah)
.     →   Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (benar)
2.  Dia mengenakan topi warna hitam. (salah)
.     →   Dia mengenakan tpi hitam. (benar)
3.  Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (salah)
.     →   Dia sudah menunggumu sejak pagi. (benar)
4.  Beberapa peserta-peserta sudah didiskualifikasik. (salah)
.     →   Beberapa peserta sudah didiskualifikasi. (benar)
E. Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
1.   Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
.     →   Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
.     →   Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
2.   Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. (salah)
.     →  Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribu rupiah. (benar)
.     →  Dia menerima uang sebanyak dua puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
F. Kepaduan
Kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat  itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
1.  Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
2.  Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
3.  Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
1.   Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (salah)
.      →   Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (benar)
2.   Surat itu saya sudah baca. (salah)
.      →   Surat iitu sudah saya baca. (benar)
3.  Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (salah)
.     →   Makalah ini membahas teknollogi fiber optik. (benar)
G. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
1.  Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)
.     →   Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
2.  Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
.     →   Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut. (benar)

 ===============================================================

Subjek dan Predikat

Subjek dan predikat termasuk ke dalam unsur penyusun kalimat. Subjek merupakan unsur kalimat yang menunjukkan pelaku. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang memberitahukan objek atau subjek dalam keadaan bagaimana.
1.  Subjek
Subjek dapat berupa:
a)  Kata benda atau kata yang dibendakan (frasa nominal)
Contoh:
Pertemuan itu ditunda sampai minggu depan. (Subjek : Pertemuan itu (kata benda)
Panasya sangat menyengat. (Subjek: Panasnya (kata keadaan yang dibendakan)
Mahasiswa yang pemalu itu memenangkan lomba melukis. (Subjek: Mahasiswa (frasa nominal))
b)  Subjek disertai kata penunjuk yang ditempatkan antara subjek dan predikat, dan bahkan kata ganti penunjuk itu dapat bertindak menjadi subjek dalam kalimat.
Contoh:
Perhiasannya mahal. (Subjek: Perhiasaanya)
Itu perhiasan mahal. (Subjek: Itu)
c)  Subjek berupa jawaban atas pertanyaan apa dan siapa yang.
Contoh:
Makalah itu saya serahkan.
Saya menyerahkan makalah itu.
d. Subjek ddapat didahului jkata tugas, yaitu kata depan dan kata penghubung, kecuali bahwa. Kata tugas ini berfungsi untuk memperluas kalimat.
Contoh:
Sudah kami ketahui bahwa ia tidak datang hari ini.
Telah terbukti bahwa dia mencuri.
Dari hasil laboratorium diketahui bahwa golongan darahnya adalah O.
e)  Subjek dapat diberi keternagan pewatas yang.
Keterangan pewatas yang ditempatkan di belakang atau kelompok kata yang bertindak sebagai subjek.
Contoh:
Icuk Sugianto yang juara dunia bulu tangkis tahun 1983 kalah lagi nertanding dengan Yang Yang.
David Beckham yang mantan kapten tim sepak bola Inggris sedang menjalani operasi di Finlandia.
f)  Subjek dapat dihilangkan dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Mereka ingin pulang karena (mereka) sudah terlalu letih.
==> Mereka ingin pulang karena sudah terlalu letih.
.
2.  Predikat
Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, tetapu dapat pula nomina atau frasa nominal.
a)  Predikat berupa kata (kata benda, katakerja, kata sifat, kata bilangan , dan kata depan) dan kelompok kata.
♣  Predikat berupa kata benda atau frasa nomna
Contoh:  Mereka itu mahasiswa.
♣ Predikat berupa kata kerja atau frasa verba
Contoh: Dia datang menghadiri rapat itu.
♣ Predikat berupa kata sifat atau frasa ajektiva.
Contoh:  Harga sepatu itu mahal sekali.
♣ Predikat berupa kata bilangan atau numerial.
Contoh: Jumlah penonton di stadium ini sekitar lima ribu orang.
b)  Predikat itu merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana.
Contoh:  Pertemuan itu kurang menarik.
c)  Permutasian Predikat dengan Subjek.
Contoh:  Dosen itu datang terlambat ==>  Datang terlambat dosen itu.
d)  Predikat dapat didahului kata keterangan as[ek atau modalitas.
Contoh:  Orang itu (sudah, akan,belum, telah) menjadi wartawan terkenal di ibukota.
e)   Peran predikat dalam kalimat.
♣ Pernyataan
Contoh:   Pedagang itu anak seorang nelayan. (Predikat berupa frasa nominal)
♣  Perintah
Catatan penting untuk predikat yang berperan sebagai perintah:
→  Subjek dapat ditiadakan
→  Setiap kalimat diakhiri dengan tanda seru (!)
→  Dapat berupa kata kerja tan[a imbuhan seperti, pulang,pergi, gerak, dan tenang.
→  Partikel -lah mempertegas  (kalimat) perintah.
→  Kata-kata seperti: ayo, silahkan, mari, oke, dilarang, jangan, dan harap memperhalus peran perintah menjadi ajakan, permohonan, dan larangan
Contoh:
Harap tenang!
Perhatikan baik-baik!
♣  Pertanyaan
Predikat yang berperan sebagai pertanyaan dinyatakan dengan intonasi menaik danmenurun serta tanda tanya(?) dalam kalimat tulis. Dalam peranya ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
→  Semua kelas kata atau frasa yang menempati predikat dapat menyatakan pertanyaan seperti terlihat dalam sebuah contoh
→   Partikel -kah dapat ditambahkan sebagai penekanan. Contoh:  Marahkah dia?
→   Dengan merubah intonasi, yaitu intonasi menaik atau menurun. predikat pernyataan dapat menjadi predikat pertanyaan.
Contoh:  Dia ke sini kemarin (Pernyataan).  ===>   Dia ke sini kemarin? (Pertanyaan)
→   Kata tanya seperti apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan dapat ditambahkan dan intonasi kalimat akan menurun.
Contoh:  Apa isi surat itu?
.
3.  Hubungan Subjek dan Predikat dengan Teori Himpunan
Keterangan:   S = Subjek  P = Predikat
Dari gambar Euler di atas, maka hubungan Subjek dan Predikat adalah:
Gambar (I) menyatakan bahwa subyek  identik dengan P (sama kedudukan).
Bentuk:  S = P ( S adalah P).
Contoh :  Semua manusia adalah makhluk sosial.
Gambar(II) menunjukkan bahwa Subjek tidak memiliki hubungan dengan Predikat.
Bentuk: Tidak ada S yang P.
Contoh:  Tidak ada cacing yang bernapas dengan paru-paru.
Gambar(III) menyatakan bahwa Subjek merupakan bagian dari Predikat atau sebagian dari Predikat adalah Subjek.
Bentuk: Semua S adalah P.
Contoh: Semua kerbau adalah binatang.
Gambar(IV) menyatakan bahwa sebagian dari Subjek adalah Predikat.
Bentuk: Beberapa S = P.
Contoh: Beberapa manusia jenius.
.

GAGASAN UTAMA, MENYUSUN PERTANYAAN, FAKTA DAN OPINI, SERTA KONSEP BACAAN

A.Gagasan Utama/ide pokok


Gagasan utama bacaan adalah hal pokok yang diungkapkan dalam suatu paragraf. Gagasan utama merupakan pernyataan yang menjadi inti keseluruhan isi paragraf. Gagasan pokok terdapat pada kalimat topik yang biasanya terletak di awal, diakhir, atau di tengah. Kalimat topik memiliki makna yang paling umum diantara kalimat-kalimat yang terdapat pada paragaraf tersebut.

Contoh 1

..........Bacaan yang baik untuk anak berisi contoh yang baik-baik pula. Cara yang dapat dilakukan dengan menampilkan tokoh kartun, boneka, badut yang lucu, tetapi mengandung unsur pendidikan. Tokoh binatang yang cerdik pun dapat pula mewakili pesan moral. Misalnya, kancil menipu buaya atau sejenisnya. Tokoh orang bertubuh raksasa, tetapi sangat baik terhadap sesama.Gagasan utama paragraf tersebut terdapat di awal paragraf (deduksi), yaitu bacaan yang baik untuk anak.
Contoh 2

..........Sudah ada ide, tetapi sukar untuk dituangkan. Selalu dihadapkan dengan persoalan apa yang hendak di tulis? Seberapa panjang tulisan yang akan ditulis. Keringnya pengetahuan terhadap topik yang hendak dikembangkan. Demikianlah pengalaman seseorang pada awal belajar menulis.

Gagasan utama paragraf terdapat di akhir (induksi), yaitu pengalaman belajar menulis.
.

B. Membuat dan.Menjawab Pertanyaan

..........Membuat dan menjawab pertanyaan yang dimaksudkan adalah yang berhubungan dengan teks bacaan. Hal ini diperlakukan untuk mengetahui pemahaman seseorang terhadap isi bacaan yang dibacanya.

..........Adapun kata yang dapat digunakan adalah: apa (menanyakan benda), siapa (menanyakan orang), mengapa (menanyakan sebab), di mana (menanyakan jumlah), dan bagaimana (menanyakan cara, hal, keadaan, dsb.).

..........Menjawab sebuah pertanyaan, haruslah sempurna: dengan kalimat sempurna, singkat, jelas, dan berhubungan dengan isi atau hal yang ditanyakan atau dengan isi bacaan yang tersaji.

Contoh:

a. pertanyaan
.
Siapa yang mempopulerkan tipologi, santri, abangan, dan priyayi sebagai kategori sosial yang ada dalam masyarakat Jawa?

b. jawaban
.
Yang mempopulerkan tipologi santri, abangan, dan priyayi sebagai kategori sosial yang ada dalam masyarakat Jawa adalah Clifford Geert.
.



C. Fakta dan Opini
..........Fakta ialah hal yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada, terjadi dan ada buktinya. Misalnya: ada benda, orang, waktu, tempat, peristiwanya, jumlahnya, atau dapat menjawab pertanyaan dengan kata tanya apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa.

Contoh:
.
Tirakatan Budaya” adalah acara yang diadakan oleh para seniman dan budayawan menjelang detik pergantian abad ke-20, di kompleks Taman Budaya Jawa Tengah, Solo, 12 Desember 2000.

Contoh tersebut dapat menjawab pertanyaan, apa, siapa, kapan, dan di mana.

Opini, ialah pendapat, pikiran, atau pendirian seseorang tentang sesuatu atau dapat menjawab pertanyaan bagaimana.

Contoh:
.
Bagus sekali isi puisi yang disampaikan W.S. Rendra pada acara “Tirakatan Budaya” itu.

Contoh tersebut menjawab pertanyaan bagaimana.
.
D. Konsep dalam Bacaan
..........Konsep ialah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Konsep dapat ditentukan dari pernyataan atau penjelasan yang dikemukakan dalam bacaan.
Contoh:
..........Seseorang memberikan pendapat terhadap karya orang. Pendapat yang diberikan berupa hal-hal yang bersifat positif dan negatif terhadap karya tersebut. Tidak hanya terbatas penilaian saja, tetapi juga memberikan penjelasan saran yang bersifat membangun sehingga dapat dijadikan sebagai perbaikan untuk karya-karya orang tersebut pada masa yang akan datang. Kegiatan ini disebut kritik.

Konsep yang dikemukakan dalam paragraf tersebut tentang kritik :

..........Kritik ialah pemberian pertimbangan baik buruk terhadap karya orang lain yang disertai saran-saran yang bersifat membangun terhadap karya tersebut.

 Sumber : http://rakamu-1.blogspot.com/


SINTAKSIS 4 : JENIS-JENIS KALIMAT

Berikut ini adalah jenis-jenis kalimat yang dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok.
A.  Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
-  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
-  “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
-  Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
-  Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
.

B.  Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Victoria bernyanyi
.                   S          P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh:   Ika sangat rajin
.               S          P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:  Masalahnya seribu satu.
.                    S             P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :  Saya siswa kelas VI.
2.  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :  Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.  Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2.  Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:
2.1.  Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:
-  Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
-  Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh:
-  Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
-  Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh:
-  Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
-  Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh:
-  Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
-  Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:
-  Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2.2  Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2.  Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3.  Akibat: hingga, sehingga, maka
4.  Syarat: jika, asalkan, apabila
5.  Perlawanan: meskipun, walaupun
6.  Pengandaian: andaikata, seandainya
7.  Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8.  Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9.  Pembatasan: kecuali, selain
10.  Alat: dengan+ katabenda:  dengan tongkat
11.  Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
-  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3  Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
-   Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS:  Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC:  Kami berhenti karena hari sudah malam.
.          Kami langsung pulang karena hari sudah malam.h
-  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS:  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
.
C.  Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2.  Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3.  Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:
-  Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
-  Kapan Becks kembali ke Inggris?
4.  Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:
-  Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
-  Bukan main, eloknya.
.
D. Berdasarkan Unsur Kalimat

Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
-   Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
.           S               P                  K
-   Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam.
.     S            P                              O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan…
.
E.  Berdasarkan Susunan  S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
Ambilkan koran di atas kursi itu!
.          P                       S
Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
.       S           P                          K
2.  Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.            S                 P            O                     K
Aku dan dia bertemu di cafe ini.
.             S             P             K
.
F.  Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1.  Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;
-  Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
-  Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
-   Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
-  Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat Yang  Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:
-   Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
-  Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
.
G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kaliamat Aktif
Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum).
Contoh:
-  Mereka akan berangkat besok pagi.
-  Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif  dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1  Kalimat Aktif  Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:    Eni mencuci piring.
.                 S        P         O1
1.2  Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Mereka berangkat minggu depan.
.        S              P                   K
Amel menangis  tersedu-sedu di kamar.
.     S                          P                          K
1.3  Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
Dian kehilangan pensil.
.      S          P            Pel.
Soni selalu  mengenderai sepeda  motor ke kampus.
.     S                     P                      Pel                   K
2.  Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1  Kalimat Pasif  Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
Piring dicuci Eni.
.       S        P      O2
2.2  Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
Ku pukul adik.
.   O2    P      S

-  Akan  saya sampaikan pesanmu.
.               O2        P               S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.  Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2.  Awalan me- diganti dengan di-.
3.  Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :   Bapak  memancing ikan. (aktif)
.                Ikan  dipancing oleh bapak. (pasif)
4.  Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :   Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
.                PR harus kukerjakan. (pasif)

Sumber : http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/

LINGUISTIK 10 : STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA


Kalimat adalah:Satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.
Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.
1. Ciri-Ciri Subjek
  • Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
    Contoh :

    1. Juanda memelihara binatang langka
    Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan
    memelihara adalah )

    Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban

    2.
    Meja itu dibeli oleh paman.
    Apa dibeli ? = jawab Meja
¨ Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat)
Contoh : Anak itu mengambil bukuku

S P

2 Ciri-Ciri Predikat

¨ Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.
Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.
¨ Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.
¨ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

3 Ciri-Ciri Objek

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
¨ Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
¨ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
¨ Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4 Ciri-Ciri Pelengkap

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨ Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b)
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
· Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)

5 Ciri-Ciri Keterangan

Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
S P O K
Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.

SINTAKSIS 3 : MACAM-MACAM KALIMAT

AG. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif


Kalimat Aktif

Kalimat aktif ialah kalimat yang subjeknya menjadi agens (pelaku), misalnya:

1) Petani sedang
....mencangkul sawah.
2) Aminah sedang
....membaca novel
....Raumanen.

Kalimat aktif dapat dibedakan menjadi: kalimat aktif transitif dan kalimat aktif intransitif. Kalimat aktif transitif ialah kalimat yang predikatnya kata kerja transitif yakni yang menghendaki objek; sedangkan kalimat aktif intransitif ialah kalimat yang predikatnya kata kerja intransitif yakni yang tidak menghendaki objek.
.Misalnya:
.
1) Hamidah sedang mengerjakan soal-soal matematika. (aktif transitif)
2) Anisa menangis tersedu-sedu. (aktif intransitif)

Kalimat Pasif

Kalimat pasif ialah kalimat yang subjeknya menjadi patiens (penderita), misalnya:

1) Sawah sedang dicangkul petani.
2) Novel Raumanen sedang dibaca Aminah.
.Selain menggunakan kata kerja berimbuhan di-, kalimat pasif juga dapat menggunakan kata kerja berimbuhan ter- ke-an, dan bentuk diri (persona). Misalnya:
.
1) Ibunya terpukul oleh kelakuan anaknya.
2) Saya kehilangan uang di kelas.
3) Buku itu sudah kubaca.
4) Pensilnya sudah dia ambil.
5) Coba kaulihat bunga ini.
.


AH. Kalimat Minor dan Mayor

Kalimat minor ialah kalimat yang mengandung satu unsur pusat (inti), misalnya:

a. Diam!
a. Ibu.
b. Pergi!

Sedangkan kalimat mayor ialah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat (inti), misalnya:

a. Saya mengantuk.
b. Presiden berkunjung ke Australia.
c. Saya menonton film semalam.

Kalimat (a) terdiri dari dua unsur inti; kalimat (b) terdiri dari dua unsur inti, yakni: presiden, berkunjung, dan satu unsur tambahan, yaitu ke Australia; dan kalimat (c) terdiri atas dua unsur inti yakni: saya, menonton, dan dua unsur tambahan yakni film dan semalam.


.
.AI. Kalimat Langsung dan Tak Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang mengulang kembali ujaran orang atau sumber lain. Sebaliknya, kalimat tak langsung adalah kalimat yang tidak menirukan atau mengulang apa yang diucapkan orang atau sumber lain itu.
.Misalnya:
.a. Ayah berkata," Saya tidak senang melihat rambut gondrong."
....(kalimat langsung)

b. Ayah mengatakan, bahwa ia tidak senang melihat rambut gondrong.
....(kalimat tak langsung)
.
Perbedaan antara kedua kalimat di atas tampak pada cara penulisannya. Kalimat langsung diapit oleh dua tanda petik, sedangkan kalimat tak langsung tidak diapit oleh tanda petik.
.
.
.AJ. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas:

Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif)

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang sederajat. Kalimat majemuk semacam ini biasanya ditandai dengan kata penghubung: dan, lagi, atau, tetapi, melainkan, sedangkan.

.Misalnya:

.Saya berangkat ke sekolah, sedangkan ibu pergi ke pasar.
Kalimat di atas berpola S-P-K, S-P-K.
Kalimat majemuk setara yang hanya memiliki satu subjek atau satu predikat disebut kalimat majemuk rapatan.
.
Misalnya:
.a) Adik memetik dan mengupas mangga itu.
b) Joko dan Aditiya sedang bermain catur.

Kalimat Majemuk Bertingkat (Subordinatif)

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola
kalimat atau lebih yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang lazimnya disebut induk kalimat (klausa atasan), sedangkan pola yang lain, yang lebih rendah kedudukannya, disebut anak kalimat (klausa bawahan). Fungsi itu sekaligus menunjukkan relasi antara induk kalimat dan anak kalimat.
.
Anak kalimat (klausa bawahan) dapat dibagi menjadi:
.
a) Anak kalimat yang menduduki fungsi utama kalimat,
....yaitu anak kalimat subjek dan anak kalimat predikat, misalnya:
....1) Yang harus menyelesaikan pekerjaan itu telah meninggalkan
........tempat ini. (anak kalimat subjek)
....2) Ayah saya yang telah menyelesaikan pembangunan itu.
........(anak kalimat predikat)
b) Anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi pelengkap,
....yaitu anak kalimat objek, misalnya:
....Wali kelas telah mengumumkan bahwa kita semua harus
....hadir besok pagi. (anak kalimat objek)
c) Anak kalimat yang menduduki salah satu fungsi tambahan
yang
....renggang, yaitu :
.
anak kalimat keterangan subjek,
anak kalimat keterangan predikat,
anak kalimat keterangan objek,
anak kalimat keterangan waktu,
anak kalimat keterangan sebab,
anak kalimat keterangan akibat, dan lain-lain, ... Misalnya :
.
1) Siswa yang baru menempuh ujian berkumpul di halaman.
....(anak kalimat keterangan subjek)
2) Wanita itu guru yang mengajar di SMK WS.
....(anak kalimat keterangan predikat)
3) Ia telah memukul anak yang mencuri mangga.
....(anak kalimat keterangan objek)
4) Sebelum matahari terbit saya berangkat ke sekolah.
....(anak kalimat keterangan waktu)
5) Direktur perusahaan itu telah memecat seorang karyawannya
....karena menggelapkan uang perusahaannya.
....(anak kalimat keterangan sebab)
6) Kakinya tersandung batu sehingga tidak dapat berjalan.
....(anak kalimat akibat)
Sumber : http://rakamu-9.blogspot.com/2007/12/kalimat-aktifpasif-kalimat-mayorminor.html