SINTAKSIS
Sintaksis adalah bidang tataran linguistic
yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis
berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattiein
yang berate menempatkan. Secara etimologi berarti menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat .
6.2 STRUKTUR SINTAKSIS
Terdiri dari susunan S,P,O,dan K
Contoh: Kakek melirik nenek tadi pagi
S P O K
S: sebagai kategori nomina
P: sebagai kategori verba
O: sebagai kategori nomina
K: sebagai kategori nomina
S,P,O,K merupakan fungsi dari sintaksis dan juga mempunyai peran sintaksis.
Contoh dalam kalimat di atas:
Nenek(S) memiliki
peran pelaku(agentif), melirik (P) memiliki peran aktif, kakek(O)
memiliki peran sasaran, tadi pagi (K) memiliki peran waktu.
Susunan
fungsi sintaksis tidak harus selalu berurutan S,P,O,K. Namun, yang
tampaknya urutannya harus selalu tetap adalah fungsi P dan O.
Keempat
fungsi itu tidak harus ada dalam setiap struktur sintaksis. Banyak
pakar yang mengatakan struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi
subjek dan predikat karena tanpa fungsi tersebut konstruksi itu belum
dapat disebut sebgai sebuah struktur sintaksis. Namun, pakar lain Chafe
mengatakan bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis adalah
fungsi predikat dan predikat itu harus selalu berupa verba, karena
berpengaruh terhadap munculnya fungsi-fungsi lain.
Ada pendapat lain yang mengatakan hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya.
Contoh: - Dalam kalimat jawaban “ Sudah ! “
- Dalam kalimat perintah “ Baca ! “
- Dalam kalimat seruan “ Hebat ! “
Dari contoh di atas, maka fungsi yang muncul hanyalah yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan.
6.2 KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Dalam
tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar, tetapi dalm tataran
sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secra hierarkial menjadi
komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Dalam
sintaksis kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda
kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan bagian-bagian dari
satuan sintaksis.
Dalam
pembahasan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, dibedakan menjadi dua
macam kata, yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata Penuh adalah kata
yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk
mengalami proses morfologi. Sedangkan, kata tugas adalah kata yang
secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi.
Kata
penuh berkategori nomina, verba, ajektifa, Adverbia, numeralia. Selain
itu, mempunyai kebebasan mutlak sehingga dapat menjadi pengisi
fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan, kata tugas berkategori preposisi dan
konjungsi. Kata tugas juga mempunyai kebebasan yang tebatas, selalu
terikat dengan kata yang ada dibelakangnya atau di depannya dan dengan
kata-kata yang dirangkaikannya.
6.3 FRASE
6.3.1. Pengertian Frase
Frase
adalah gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis didalam
kalimat. Pembentuk frase itu harus berupa morfem bebas, bukan berupa
morfem terikat.
Contoh frase: belum makan
Contoh bukan frase karena morfem terikat: tata boga
6.3.2. Jenis Frase
Frase dibedakan menjadi 4:
6.3.2.1.Frase Eksosentrik
Adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Contoh: frase di pasar
Terdiri dari komponen di dan pasar
Frase eksosentrik dibagi menjadi 2:
1.) Direktif( Preposional)
Frase yang komponen pertamanya berupa preposisi dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina.
2.) Nondirektif
Frase yang komponen
pertamanya berupa artikulus, seperti si,sang,yang,para,dan kaum,
sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berktegori
nomina, ajektifa, atau verba.
6.3.2.2.Frase Endosentrik (Frase Modifikatif)
Frase yang komponennya bukan inti, yaitu membatasi makna komponen inti.
Contoh: sedang membaca
Kata sedang membatasi makna komponen inti( kata membaca).
Frase endosentrik
disebut juga frase subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu
yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan
komponen lainnya yaitu komponen yang membatasi berlaku sebagai komponen
bawahan. Komponen inti dapat didepan dan dapat juga dibelakang.
Berdasarkan intinya, frase endosentrik dapat dibedakan menjadi 4:
1.) frase nominal, yaiu frase yang intinya berupa nomina atau pronominal
2.) frase verbal, yaitu frase yang intinya berupa kata kerja
3.) frase adjektifa, yaitu frase yang intinya berupa kata sifat
4.) frase numeralia, yaitu frase yang intinya berupa kata numeral
6.3.2.3.Frase Koordinatif
Frase yang komponen
pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan
sederajat dan dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Frase
koordinatif yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit biasanya
disebut frase parataksis.
6.3.2.4.Frase Apositif
Frase koordinatif yang kedua komponenya saling merujuk sesamanya.sehingga urutan komponenya dapat dipertukarkan.
6.3.3. Perluasan Frase
Frase dapat diperluas dengan memberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
Dalam bahasa Indonesia perluasan frase sangat produktif. Hal ini dikarenakan beberapa faktor:
a. untuk
menyatakan konsep-konsep khusus, biasanya diterangkan secara leksikal.
Selain itu, perluasan frase dilakukn secara bertahap.
b. pengungkapan
konsep kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas
tidak dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasa-bahasa fleksi,
melainkan dinyatakan dengan unsure leksikal.
c. bahasa
Indonesia adalah keperluan untuk memberi deskripsi secara terperinci
terhadap suatu konsep. Dalam perincian deskripsi ini biasanya digunakan
konjungsi yang sebagai penyambung keterangan-keterangan tambahan pada
deskripsi itu.
6.4. KLAUSA
6.4.1. Pengertian
Klausa
adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi
predikatif, artinya di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata
atau frase yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi
sebagai subjek, objek, dan keterangan. Fungsi yang harus ada dalam
konstruksi klausa ini adalah subjek dan predikat.
Contoh: Adik mandi.
S P
Kalimat tersebut bersifat predikatif.
Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi kalimat.
Contoh: Nenek mandi.
Dapat disebut kalimat kalau kepadanya diberi intonasi kalimat, baik intonasi deklaratif, interogatif, maupun interjektif. Klausa dapat menjadi kalimat tunggal jika didalamnya terdapat subjek dan predikat.
6.4.2. Letak Klausa
Tempat
klausa adalah di dalam kalimat. Dalam kalimat tunggal, seluruh bagian
kalimat diisi oleh sebuah klausa. Sedangkan dalam kalimat majemuk diisi
oleh dua atau lebih klausa.
Banyak klausa yang terletak di tengah kalimat karena disisipkan sebagai keterangan tambahan.
Contoh: Gadis yang duduk di depan itu bukan cucu nenek.
Klausa gadis yang duduk di depan disisipkan ke dalam klausa gadis itu bukan cucu nenek.
6.4.3. Jenis Klausa
Jenis klausa dibedakan berdasarkan strukturnya dan kategori segmental yang menjadi predikatnya.
6.4.3.1.Berdasarkan strukturnya dibedakan menjadi 2:
1.) Klausa bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat.
2.) Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang mempunyai struktur yang tidak lengkap. Dalam klausa ini hanya ada subjek saja atau objek saja atau keterangan saja.
6.4.3.2. Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya
1.) Klausa verbal
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba.
Klausa verbal dibagi menjadi 3:
a.) Klausa transitif
Klausa yang predikatnya verba transitif.
Contoh: Nenek menulis surat
b.) Klausa intransitif
Klausa yang predikatnya verba intransitif.
Contoh: Nenek menangis
c.) Klausa refreksif
Klausa yang predikatnya berupa verba refreksif.
Contoh: Nenek sedang menangis
2.) Klausa nominal
Klausa yang predikatnya berupa nomina.
Contoh: Ayahnya petani di desa itu
3.) Klausa adjektifal
Klausa yang predikatnya berkategori ajektifa.
Contoh: Bumi ini sangat luas
4.) Klausa adverbial
Klausa yang predikatnya adverbia.
Contoh: Bandelnya teramat sangat
5.) Klausa preposional
Klausa yang predikatnya berupa frase berkategori preposisi.
Contoh: Ibu di dapur
6.) Klausa numeral
Klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia.
Contoh: gajinya 5 juat sebulan
Ada istilah klausa berpusat dan tak berpusat.
Ø Klausa
berpusat adalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya.
Klausa ini terdapat dalam beberapa bahsa fleksi seperti bahsa arab dan
bahasa latin.
Contoh: Aqra ul Qur’an artinya saya membaca al qur’an
Ø Klausa tak berpusat adalah klusa yang subjeknya tidak terikat di dalam predikatnya.
6.5. KALIMAT
6.5.1. Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah kata-kata yang teratur yang berisi pikiran atau pelengkap, yang
menjadi dasar penting dari kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi
final. Konstituen itu sendiri dapat berupa kata, frase, atau klausa.
6.5.2. Jenis Kalimat
6.5.2.1. Kalimat inti, yaitu kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral dan afirmatif.
Contoh: FN+FV : Nenek datang
Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat noninti dengan berbagai transformasi.
6.5.2.2. Kalimat tunggal dan Kalimat majemuk
Kalimat
tunggal hanya terdiri dari satu klausa. Sedangkan, kalimat majemuk
mempunyai klausa lebih dari satu. Kalimat majemuk dibedakan menjadi 3:
1.) Kalimat majemuk koordinatif
Kalimat
majemuk yang klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau
yang sederajat. Klausa-klausanya biasanya dihubungkan dengan konjungsi
eksplisit, seperti dan, atau, tetapi, lalu. Namun, ada yang konjungsi
secara implisit (tanpa konjungsi).
2.) Kalimat majemuk subordinatif
Kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setar. Biasanya kedua klausa dihubungkan dengan konjungsi subordinatif., misalnya kalu, ketika, meskipun, dan karena.
3.) Kalimat majemuk kompleks atau campuran
Kalimat
majemuk yang terdiri dari 3 klausa atau lebih. Kalimat majemuk ini
merupakan campuran dari kalimat majemuk setara dan bertingkat.
6.5.2.3. Kalimat mayor dan Kalimat minor
1.) Kalimat mayor adalah kalimat yang klausanya lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat
2.) Kalimat minor adalah kalimat yang unsur-unsurnya tidak lengkap, misalnya kalimat seruan.
6.5.2.4. Kalimat verbal dan non-verbal
1.) Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata/frase yang berkategori verba.
2.) Kalimat non-verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata/frase verbal.
6.5.2.5. Kalimat bebas dan Kalimat terikat
1.) Kalimat bebas adalah kalimat yang dapat memulai sebuah paragraf tanpa bantuan kalimat lain yang menjelaskannya.
2.) Kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap.
6.5.3. Intonasi Kalimat
Intonasi dapat berupa tekanan, nada, atau tempo.
a. Tekanan adalah ciri-ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran
b. Tempo adalah waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus
ujaran.
c. Nada adalah unsur suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu ujaran.
6.5.4. Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatesis
6.5.4.1. Modus adalah penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara tentang apa yang diucapkannya. Ada beberapa modus:
a..modus indikatif (bersikap objektif atau netral )
b. modus optatif ( harapan atau keinginan )
c. modus imperatif ( perintah atau larangan )
d. modus interogatif ( pertanyaan )
e. modus obligatif ( keharusan )
f. modus desideratif ( keinginan atau kemauan )
g. modus kondisional ( persyaratan )
6.5.4.2.
Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan wakatu secara internal di
dalam situasi, keadaan, kejadian/proses. Ada beberapa macam aspek:
a. aspek kontinuatif ( perbuatan terus berlangsung )
b. aspek inseptif ( peristiwa baru mulai )
c. aspek progresif ( perbuatan sedang berlangsung )
d. aspek repetitif ( perbuatan terjadi berulang-ulang )
e. aspek imperfektif ( berlangsung sebentar )
f. aspek sesatif ( perbuatan berakhir )
6.5.4.3.
Kala adalah informasi di dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya
perbuatan, kejadian , tindakan atau pengalaman yang disebutkan di dalam
predikat.
6.5.4.4.
Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap
pembicara terhadap hal yang dibicarakan yaitu mengenai perbuatan,
keadaan, dan peristiwa. Ada beberapa jenis modalitas :
a. modalitas intensional ( keinginan, permintaan, ajakan )
b. modalitas epistesmik ( kemungkinan, kepastian, dan keharusan )
c. modalitas deontik ( keizinan atau perkenanan )
d. modalitas dinamik ( kemampuan )
6.5.4.5. Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu.
6.5.4.6.
Diastesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam
kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam hal itu. Ada beberapa
macam diastesis yaitu diastesis aktif, diastesis pasif, diastesis
refleksif, diastesis resiplokal, dan diastesis kausatif.
6.6. WACANA
6.6.1. Pengertian Wacana
Wacana
adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Dalam wacana
terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa
dipahami oleh pembaca/pendengar tanpa keraguan apapun.
6.6.2. Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif antara lain:
a. konjungsi yaitu alat untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau paragraf.
b. menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anafosis.
c. menggunakan elipsis yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat pada kalimat yang lain.
Selain itu juga dapat dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, yaitu:
a. menggunakan hubub\ngan pertentangan pada kedua kalimat
b. menggunakan hubungan generik-spesifik dan sebaliknya
c. menggunakan hubungan perbandingan anatara isi kedua bagian kalimat
d. menggunakan hubungan sebab-akibat diantara isi kedua kalimat
e. menggunakan hubungan tujuan didalam isi sebuah wacana
f. menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat dalam satu wacana.
6.6.3. Jenis Wacana
Wacana dibedakan berdasarkan sudut pandang dari mana wacana itu dilihat, yaitu:
a.
wacana berdasarkan dengan sarananya, yaitu bahasa lisan atau bahasa
tulis. Wacana ini dibedakan menjadi wacana lisan dan wacana tulis
b. wacana dilihat dari pengguanaan bahasa dibedakan menjadi wacana prosa dan wacana puisi
c. wacana dilihat dari penyampaian isinya, dibedakan menjadi wacana narasi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi.
6.7. CATATAN MENGENAI HIERARKI SATUAN
Kiranya urutan
hierarki itu adalah normal teoritis. Dalam praktek berbahasa banyak
faktor yang menyebabakan terjadinay penyimpangan urutan. Disamping
urutan normal itu bisa dicatat adanya kasus pelompatan tingkat,
pelapisan tingkat, dan penurunan tingkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar