Siklus Dasar Mesin Diesel
Sebuah mesin diesel adalah jenis mesin termal yang menggunakan proses pembakaran internal (internal combustion engine) untuk mengubah energi yang tersimpan dalam ikatan kimia dari bahan bakar menjadi energi mekanik berdaya guna.
Ini terjadi dalam dua langkahPertama, bahan bakar akan bereaksi secara kimia atau pembakaran dan melepaskan energi dalam bentuk panas.
Kedua panas menyebabkan gas yang terperangkap dalam silinder memuai dan pemuaian gas dibatasi oleh silinder menyebabkan piston bergerak memperluas ruang silinder.
Kedua panas menyebabkan gas yang terperangkap dalam silinder memuai dan pemuaian gas dibatasi oleh silinder menyebabkan piston bergerak memperluas ruang silinder.
Gerakan bolak-balik (reciprocating)
piston ini kemudian diubah menjadi gerak rotasi oleh poros engkol
(crank shaft, kruk as). Untuk mengkonversi energi kimia bahan bakar
menjadi energi mekanik berdaya guna semua pembakaran internal mesin
harus melalui empat kegiatan: isap, kompresi, usaha dan buang. Bagaimana
peristiwa tersebut dihitung dan bagaimana mereka terjadi membedakan
berbagai jenis mesin.
Semua
mesin diesel masuk ke dalam salah satu dari dua kategori, mesin siklus
dua langkah atau 2 tak atau mesin siklus empat langka atau 4 tak. Siklus
mengacu pada setiap operasi atau rangkaian kejadian yang berulang.
Dalam kasus mesin 4 tak, mesin memerlukan empat langkah piston (isap,
kompresi, usaha dan buang) untuk menyelesaikan satu siklus penuh. Oleh
karena itu, diperlukan dua putaran dari poros engkol atau 720° dari
rotasi poros engkol (360° x 2) untuk menyelesaikan satu siklus. Dalam
mesin 2 tak peristiwa isap, kompresi, usaha dan buang terjadi dalam satu
putaran poros engkol atau 360°.
Timing
Dalam
pembahasan berikut dari siklus diesel adalah penting untuk mengingat
kerangka waktu di mana setiap tingkah laku yang diperlukan terjadi.
Waktu yang diperlukan untuk gerak pembuangan gas sisa keluar dari
silinder dan udara segar ke dalam silinder, kompres udara,
menginjeksikan bahan bakar dan untuk membakar bahan bakar.
Jika mesin diesel 4 tak berjalan konstan pada 1.500 putaran per menit (rpm),
poros mesin akan berputar 25 putaran tiap detik atau 9.000 derajat per
detik. Satu langkah selesai dalam waktu sekitar 0,02 detik.
Siklus 4 Langkah
Dalam mesin 4 tak, camshaft (noken as)
disesuaikan sehingga kecepatan putarnya hanya setengah dari kecepatan
putar poros engkol atau 1 putaran camshaft berbanding 2 putaran
crankshaft. Ini artinya bahwa poros engkol harus membuat dua putaran
lengkap sebelum noken as menyelesaikan satu putaran.
Bagian
berikut akan menggambarkan empat langkah, mesin diesel memiliki katup
isap dan katup buang dengan 3.5 inchi boring dan 4 inchi langkah dengan
rasio kompresi 16:1, saat melewati satu siklus. Kita akan mulai pada
langkah isap. Semua tanda waktu yang diberikan adalah secara umum dan
akan bervariasi dari mesin ke mesin.
Isap (Intake)
Ketika piston bergerak ke atas mendekati 28° sebelum TMA yang diukur dengan perputaran poros engkol (crankshaft), cuping (nok) camshaft mulai mengangkat cam follower. Hal ini menyebabkan batang pendorong (pushrod) bergerak keatas dan mendorong sumbu pengungkit pelatuk (rockrer arm), pelatuk kemudian mendorong katup isap (intake valve) ke bawah dan katup (valve,klep)
mulai terbuka. Langkah isap kini mulai sementara katup buang masih
terbuka. Aliran gas buang membuat kondisi tekanan rendah di dalam
silinder dan akan membantu menarik muatan udara segar masuk kedalam
silinder seperti yang ditunjukkan pada Gbr. 1.
Piston
melanjutkan perjalanan ke atas sampai TMA, sementara udara segar masuk
dan gas buang keluar. Sekitar 12° setelah TMA, cuping pembuangan
camshaft berputar sehingga katup buang akan mulai menutup. Katup akan
sepenuhnya ditutup sekitar 23° setelah TMA. Hal ini dicapai berkat pegas
katup yang tertekan ketika katup dibuka, memaksa rocker arm dan cam
follower kembali lagi sesuai dengan perputaran cuping camshaft. Dalam
kerangka waktu selama kedua katup isap dan katup buang terbuka disebut
katup saling tumpang tindih atau valve overlap (dalam contoh
ini 51° overlap) dan digunakan untuk memungkinkan udara segar membantu
memindahkan gas buang keluar dan mendinginkan silinder atau pembilasan.
Pada kebanyakan mesin, 30 sampai 50 kali volume silinder, udara
pembilasan melalui silinder selama overlap.
Udara
segar yang kelebihan ini juga memberikan efek pendinginan yang
diperlukan pada bagian-bagian mesin. Ketika piston melewati TMA dan
mulai melakukan perjalanan menuruni lubang silinder, gerakan piston ini
membuat sebuah langkah pengisapan dan terus menarik udara segar masuk ke
dalam silinder.
Kompresi (Compression)
Pada
35° setelah titik mati bawah (TMB), katup isap mulai tertutup. Pada 43°
setelah TMB atau 137° sebelum TMA, katup isap intake pada kedudukannya
dan sepenuhnya tertutup. Di titik ini muatan udara pada tekanan normal
sekitar 14,7 psi atm dan suhu udara ambien berkisar ~80°F, seperti
diperlihatkan pada Gbr.2 Sekitar 70° sebelum TMA, piston telah menempuh
perjalanan sekitar 2,125 inchi atau sekitar setengah dari ruang langkah
kerja silinder, sehingga mengurangi setengah volume silinder. Suhu dua
kali lipatnya menjadi berkisar ~160°F dan tekanan sekitar ~34 psi atm.
Sekitar
43° sebelum TMA piston telah melakukan perjalanan 3,062 inchi keatas dan
volume sekali lagi dibagi dua. Akibatnya, suhu naik dua kali lipat
menjadi sekitar ~320°F dan tekanan ~85 psi atm. Ketika piston telah
mencapai 3,530 inchi dari ruang langkah kerja silinder, volume silinder
dibagi dua lagi dan suhu mencapai sekitar 640°F dan tekanan 277 psi atm.
Ketika piston telah mencapai 3,757 inci dari ruang langkah kerja
silinder, volume dibagi dua dan suhu meningkat sampai 1280°F dan tekanan
mencapai 742 psi atm. Dengan luas piston 9,616 inchi kuadrat maka
tekanan dalam silinder mengerahkan kekuatan sekitar 7.135 lb atau 3,5
ton gaya tekan.
Hitungan
di atas untuk mesin ideal dan memberikan contoh yang baik dari apa yang
terjadi di dalam mesin selama kompresi. Dalam sebuah mesin yang
sebenarnya, tekanan hanya mencapai sekitar 690 psi atm. Hal ini terutama
disebabkan hilangnya panas ke bagian mesin sekitarnya.
Injeksi bahan bakar (Fuel Injection)
Bahan
bakar dalam keadaan cair diinjeksikan ke dalam silinder pada waktu dan
perkiraan yang tepat untuk memastikan bahwa tekanan pembakaran pada
piston di paksa tidak terlalu dini atau terlalu terlambat, seperti yang
ditunjukkan pada Gbr.3. Bahan bakar memasuki silinder dimana panas udara
yang dimampatkan telah ada, namun bahan bakar hanya akan terbakar
ketika berada dalam keadaan menguap, hal tersebut tercapai melalui
penambahan panas dan dicampur dengan pasokan oksigen. Tetesan menit
pertama pemasukan bahan bakar ke ruang bakar dengan cepat menguap.
Penguapan dari bahan bakar menyebabkan udara disekitar bahan bakar
mengalami pendinginan sehingga udara membutuhkan waktu untuk mendapatkan
panas yang cukup untuk menyalakan menguapan bahan bakar. Injeksi bahan
bakar dimulai pada 28° sebelum TMA dan berakhir pada 3° setelah TMA,
karena itu bahan bakar diinjeksikan untuk durasi dari 31°.
Usaha (Power)
Kedua
katup tertutup dan muatan udara segar telah dikompresi. Bahan bakar
telah disuntikkan dan mulai terbakar. Setelah piston melewati TMA, panas
dengan cepat dihasilkan oleh penyalaan dari bahan bakar dan menyebabkan
peningkatan tekanan pada silinder. Suhu pembakaran sekitar 2.336°C.
Kenaikan gaya tekan pada piston ke bawah meningkatkan gaya puntir pada
poros engkol pada langkah usaha, sebagaimana diilustrasikan pada Gbr.4.
Energi yang dihasilkan oleh proses pembakaran tidak semua dimanfaatkan.
Dalam mesin diesel 2 tak, hanya sekitar 38% dari daya yang dihasilkan
dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan, sekitar 30% terbuang dalam
bentuk panas dibuang melalui sistem pendingin dan sekitar 32% dalam
bentuk panas ditolak keluar melalui knalpot. Sebagai perbandingan, mesin
diesel 4 tak memiliki distribusi termal dari 42% dikonversi menjadi
kerja yang berdaya guna, 28% panas yang dibuang melalui sistem
pendinginan dan 30% panas yang dibuang keluar melalai knalpot.
Pembuangan (Exhaust)
Seraya
piston mendekati 48° sebelum TMB, cuping cam pembuangan mulai memaksa
cam follower keatas, menyebabkan katup buang tertekan dari kedudukannya.
Seperti yang ditunjukkan pada Gbr.5, gas buang mulai mengalir keluar
dari katup buang akibat tekanan silinder dan masuk ke dalam manifold
pembuangan. Setelah melalui TMB, piston bergerak ke atas dan mengalami
percepatan sampai kecepatan maksimum pada 63° sebelum TMA. Dari titik
ini piston mengalami perlambatan. Selama kecepatan piston melambat,
kecepatan gas yang mengalir keluar silinder membuat tekanan sedikit
lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Pada 28° sebelum TMA, katup isap
intake terbuka dan siklus dimulai lagi
Sumber : http://anton-rivai.blogspot.com/2011/12/dasar-mesin-diesel.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar