Semikonduktor Prinsip Dasar Semikonduktor merupakan elemen dasar darikomponen elektronika seperti dioda, transistor dansebuah IC ( integrated circuit ).Disebut semi atau setengah konduktor, karenabahan ini memang bukan konduktor murni.Bahan- bahan logam seperti tembaga, besi, timahdisebut sebagai konduktor yang baik sebab logammemiliki susunan atom yang sedemikian rupa,sehingga elektronnya dapat bergerak bebas.Sebenarnya atom tembaga dengan lambang kimiaCu memiliki inti 29 ion (+) dikelilingi oleh 29 elektron(-). Sebanyak 28 elektron menempati orbit-orbitbagian dalam membentuk inti yang disebut nucleus.Dibutuhkan energi yang sangat besar untuk dapatmelepaskan ikatan elektron-elektron ini. Satu buahelektron lagi yaitu elektron yang ke-29, berada padaorbit paling luar.Orbit terluar ini disebut pita valensi dan elektronyang berada pada pita ini dinamakan elektron valensi.Karena hanya ada satu elektron dan jaraknya 'jauh'dari nucleus, ikatannya tidaklah terlalu kuat. Hanyadengan energi yang sedikit saja elektron terluar inimudah terlepas dari ikatannya.Semikonduktor Prinsip Dasar Semikonduktor merupakan elemen dasar darikomponen elektronika seperti dioda, transistor dansebuah IC ( integrated circuit ).Disebut semi atau setengah konduktor, karenabahan ini memang bukan konduktor murni.Bahan- bahan logam seperti tembaga, besi, timahdisebut sebagai konduktor yang baik sebab logammemiliki susunan atom yang sedemikian rupa,sehingga elektronnya dapat bergerak bebas.Sebenarnya atom tembaga dengan lambang kimiaCu memiliki inti 29 ion (+) dikelilingi oleh 29 elektron(-). Sebanyak 28 elektron menempati orbit-orbitbagian dalam membentuk inti yang disebut nucleus.Dibutuhkan energi yang sangat besar untuk dapatmelepaskan ikatan elektron-elektron ini. Satu buahelektron lagi yaitu elektron yang ke-29, berada padaorbit paling luar.Orbit terluar ini disebut pita valensi dan elektronyang berada pada pita ini dinamakan elektron valensi.Karena hanya ada satu elektron dan jaraknya 'jauh'dari nucleus, ikatannya tidaklah terlalu kuat. Hanyadengan energi yang sedikit saja elektron terluar inimudah terlepas dari ikatannya.http://htmlimg4.scribdassets.com/46h6pakb0geaugt/images/19-c5b5ea93fa.jpg
"SELAMAT DATANG DI BLOG SMK PELAYARAN WIRA SAMUDERA"
Alamat :
Jl. Kokrosono No. 70-A Semarang - Kode Pos 50179 - Telp./Faks. (024) 3559552
Kota Semarang - Jawa Tengah
Senin, 18 Juni 2012
SIFAT-SIFAT MATERIAL
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang
mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi
tiga sifat. Sifat –sifat itu akan mendasari dalam pemilihan material, sifat
tersebut adalah:
·
Sifat mekanik
·
Sifat fisik
·
Sifat teknologi
Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat
material tersebut
1. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang
mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat
diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang
diberikan, dapat berupa gaya,
torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada material terbagi
dua yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antara keduanya hanya pada
fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan
beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi
waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material,
biasanya dilakukan pengujian mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat
merusak (destructive test), dari
pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari
material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam
bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh
material apabila berasal dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama.
Pengujian yang tepat hanya didapatkan
pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin,
kualitas atau jumlah cacat pada material
dan ketelitian dalam membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi
antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan,
ketahanan aus, kekuatan impak, kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.
Sifar-sifat mekanik material yang perlu
diperhatikan:
·
Tegangan
yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan luas.
·
Regangan
yaitu besar deformasi persatuan luas.
·
Modulus
elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
·
Kekuatan
yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau kemampuan material
untuk menahan deformasi.
·
Kekuatan
luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk mendeformasi plastis.
·
Kekuatan
tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran mula.
·
Keuletan
yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
·
Ketangguhan yaitu besar energi
yang diperlukan sampai terjadi perpatahan.
·
Kekerasan
yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal akibat penetrasi pada
permukaan.
2. Sifat Fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan
material adalah sifat fisik. Sifat fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat
material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh pemanasan,
pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada struktur
material. Sifat fisik
material antara lain : temperatur cair, konduktivitas panas dan panas spesifik.
Struktur material sangat erat hubungannya
dengan sifat mekanik. Sifat mekanik dapat diatur dengan serangkaian proses
perlakukan fisik. Dengan adanya perlakuan fisik akan membawa penyempurnaan dan
pengembangan material bahkan penemuan material baru.
3. Sifat Teknologi
Selanjutnya
sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat teknologi
yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan kekuatan
tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan
pengerolan atau penempaan. Produk dengan
bentuk yang rumit dapat dibuat dengan proses pengecoran. Sifat-sifat teknologi
diantaranya sifat mampu las, sifat mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu
bentuk. Sifat material terdiri dari sifat mekanik yang merupakan sifat material
terhadap pengaruh yang berasal dari luar serta sifat-sifat fisik yang
ditentukan oleh komposisi yang dikandung oleh material itu sendiri.
2.2 Kekerasan
Kekerasan
adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal. Nilai
kekerasan tersebut dihitung hanya pada tempat dilakukannya pengujian tersebut (lokal), sedangkan pada tempat
lain bisa jadi kekerasan suatu material berbeda dengan tempat yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material
adalah homogen dan belum diperlakupanaskan secara teoritik akan sama untuk
tiap-tiap titik.
2.2.1
Metoda Pengujian
Kekerasan
Pengujian
kekerasan sering sekali dilakukan karena mengetahui kekerasan suatu material
maka (secara umum) juga dapat diketahui beberapa sifat mekanik lainnya, seperti
kekuatan. Pada pengujian kekerasan dengan metoda penekanan, penekan kecil
(identor) ditekankan pada permukaan bahan yang akan diuji dengan penekanan
tertentu. Kedalaman atau hasil penekanan merupakan fungsi dari nilai kekerasan,
makin lunak suatu bahan makin luas dan makin dalam akibat penekanan tersebut,
dan makin rendah nilai kekerasannya.
2.3 Uji Tarik
Uji tarik banyak
dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan
sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda uji diberi
beban gaya
tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji dengan extensometer,
seperti terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Skema pengujian tarik dengan UTM
Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang
membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan
cara membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.
s =
P / Ao
…..2.1
Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh
dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (d atau DL), dengan
panjang awal.
e = d/ Lo = DL/ Lo =
( L - Lo ) / Lo …….2.2
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan
perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan akan
mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.4. Kedua
kurva sering dipergunakan.
Gambar 2.4
Kurva Tegangan
Regangan teknik (s - e)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju
regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan
logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter
kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.
2.3.1
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik
atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strenght), adalah nilai
yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada
kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan
kekuatan material. Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban lmaksimum, diman logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas. Pada tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan
kekuatan logam, kecil sekali kegunaannya. Kecenderungan yang banyak ditemui
adalah, mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya. Tetapi
karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan
bahan, maka metode ini lebih banyak dipakai.
Kekuatan tarik
adalah besarnya beban maksimum dibagi dengan luas penampang lintang awal benda
uji.
su = P maks / Ao ……………
2.3
Korelasi emperis
yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik lainnya seperti
kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan tersebut hanya terbatas pada hasil penelitian
beberapa jenis material.
2.3.2 Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan tegangan yang
dibutuhkan untuk berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan
pada saat mulai terjadi deformasi plastis atau batas luluh, tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar material mengalami perubahan sifat
dari elastis menjadi plastis, yang berlangsung sedikit demi sedikit dan titik
saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar ditentukan secara teliti. Sehingga
kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh offset, yaitu besarnya
tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis
yang ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan
pada perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan
kemiringan kurva pada regangan tertentu. Di Amerika Serikat regangan offset ditentukan sebesar 0,2 atau 0,1 % ( e = 0,002 atau 0,001 mm/mm)
sy = P(offset) / Ao …….2.4
Gambar 2.5 Kurva tegangan regangan yang mengindikasikan
kriteria luluh
Beberapa bahan pada dasarnya tidakmempunyai bagian linear pada kurva
tegangan-regangan, misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk
bahan-bahan tersebut, metode offset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian
praktis, kekuatan luluh didiefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk
menghasilkan regangan total tertentu, misalnya e = 0,5 %.
2.3.3 Keuletan (e)
Keuletan
adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang secara
umum pengukurannya dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu:
q
Menyatakan besarnya deformasi
yang mampu dialami suatu material, tanpa terjadi patah. Hal ini penting untuk
proses pembentukan logam, seperti pengerolan dan ekstruksi.
q
Menunjukkan kemampuan logam
untuk mengalir secara plastis sebelum patah.Keuletan logam yang tinggi
menunjukkan kemungkinan yang besar untuk berdeformasi secara lokal tanpa
terjadi perpatahan.
q
Sebagai petunjuk adanya
perubahan kondisi pengolahan.
Ukuran keuletan
dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan, walaupun tidak ada
hubungan langsung antara keuletan dengan perilaku dalam pemakaian bahan.
Cara untuk
menentukan keuletan yang diperoleh dari uji tarik adalah regangan teknis pada
saat patah (ef), yang biasa disebut perpanjangan dan pengukuran luas
penampang pada patahan (q). Kedua sifat ini didapat setelah terjadi patah,
dengan cara menaruh benda uji kembali, kemudian diukur panjang akhir benda uji
(Lf) dan diameter pada patahan (Df), untuk menghitung
luas penampang patahan (Af).
ef
= ( Lf – Lo ) / Lo ………..2.5
q
= ( Ao – Af
) / Ao ……….2.6
Baik perpanjangan maupun pengurangan luas
penampang, biasanya dinyatakan dalam persentase. Karena cukup besar bagian
deformasi plastis yang akan terkonsentrasi pada daerah penyempitan setempat,
maka harga ef akan bergantung pada panjang ukur awal (Lo).
Makin kecil panjang ukur, makin besar
pengaruhnya pada perpanjangan keseluruhan. Oleh karena itu bila diberikan harga
persentase perpanjangan, maka panjang ukur Lo akan selalu
disertakan.
2.3.4
Modulus Elastisitas ( E
)
Gradien bagian linear awal kurva
tegangan-regangan adalah modulus elastisitas atau modulus Young. Modulus
elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin besar modulus elastisitas
makin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.
Modulus
elastisitas dirumuskan seperti persamaan 2.7.
E = s / e …………….2.7
Modulus elastisitas biasanya diukur pada
temperatur tinggi dengan metode dinamik.
2.3.5
Kelentingan (Resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan
untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali
kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan. Kelentingan biasa dinyatakan
sebagai modulus kelentingan, yaitu energi regangan tiap satuan volume yang
dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh. Modulus
kelentingan (Resilience Mudulus) dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2.8.
UR = so2
/ 2E ……………2.8
2.3.6
Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah jumlah energi yang
diserap material sampai terjadi patah, yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang
diserap digunakan untuk berdeformasi, mengikuti arah pembebanan yang dialami.
Pada umumnya ketangguahan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau
didefinisikan..Terdapat beberapa pendekatan matematik untuk menentukan luas
daerah dibawah kurva tegangan-regangan.
Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva
yang dapat didekati dengan persamaan-persamaan berikut:
UT » su .ef ………..2.9
UT » ( so + su ) ef / 2 ………..2.10
UT
» 2/3 ( su ) ef .………..2.11
2.3.7
Kurva Tegangan Regangan
Sesungguhnya
Kurva tegangan regangan teknik tidak
memberikan indikasi karekteristik deformasi yang sesungguhnya, karena kurva
tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji, sedangkan selama
pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk logam liat, akan terjadi
penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga maksimum. Karena pada tahap
ini luas penampang lintang benda uji turun secara cepat, maka beban yang
dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan segera mengecil.
Kurva tegangan regangan teknik juga
menurun setelah melewati beban maksimum. Keadaan sebenarnya menunjukkan, logam
masih mengalami pengerasan regangan sampai patah sehingga tegangan yang
dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi juga bertambah besar. Tegangan yang
sesungguhnya (ss)
adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas penampang lintang benda uji, Ao
dimana beban itu bekerja.
Gambar 2.6 Perbandingan antara kurva tegangan regangan teknik
Dengan kurva tegangan regangan sesungguhnya
Sifat – Sifat Material
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang
mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi
tiga sifat. Sifat –sifat itu akan mendasari dalam pemilihan material, sifat
tersebut adalah:
·
Sifat mekanik
·
Sifat fisik
·
Sifat teknologi
Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat
material tersebut
1. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang
mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat
diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang
diberikan, dapat berupa gaya,
torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada material terbagi
dua yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antara keduanya hanya pada
fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan
beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi
waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material,
biasanya dilakukan pengujian mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat
merusak (destructive test), dari
pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari
material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam
bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh
material apabila berasal dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama.
Pengujian yang tepat hanya didapatkan
pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin,
kualitas atau jumlah cacat pada material
dan ketelitian dalam membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi
antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan,
ketahanan aus, kekuatan impak, kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.
Sifar-sifat mekanik material yang perlu
diperhatikan:
·
Tegangan
yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan luas.
·
Regangan
yaitu besar deformasi persatuan luas.
·
Modulus
elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
·
Kekuatan
yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau kemampuan material
untuk menahan deformasi.
·
Kekuatan
luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk mendeformasi plastis.
·
Kekuatan
tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran mula.
·
Keuletan
yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
·
Ketangguhan yaitu besar energi
yang diperlukan sampai terjadi perpatahan.
·
Kekerasan
yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal akibat penetrasi pada
permukaan.
2. Sifat Fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan
material adalah sifat fisik. Sifat fisik adalah kelakuan atau sifat-sifat
material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh pemanasan,
pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada struktur
material. Sifat fisik
material antara lain : temperatur cair, konduktivitas panas dan panas spesifik.
Struktur material sangat erat hubungannya
dengan sifat mekanik. Sifat mekanik dapat diatur dengan serangkaian proses
perlakukan fisik. Dengan adanya perlakuan fisik akan membawa penyempurnaan dan
pengembangan material bahkan penemuan material baru.
3. Sifat Teknologi
Selanjutnya
sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat teknologi
yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan kekuatan
tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan
pengerolan atau penempaan. Produk dengan
bentuk yang rumit dapat dibuat dengan proses pengecoran. Sifat-sifat teknologi
diantaranya sifat mampu las, sifat mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu
bentuk. Sifat material terdiri dari sifat mekanik yang merupakan sifat material
terhadap pengaruh yang berasal dari luar serta sifat-sifat fisik yang
ditentukan oleh komposisi yang dikandung oleh material itu sendiri.
2.2 Kekerasan
Kekerasan
adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal. Nilai
kekerasan tersebut dihitung hanya pada tempat dilakukannya pengujian tersebut (lokal), sedangkan pada tempat
lain bisa jadi kekerasan suatu material berbeda dengan tempat yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material
adalah homogen dan belum diperlakupanaskan secara teoritik akan sama untuk
tiap-tiap titik.
2.2.1
Metoda Pengujian
Kekerasan
Pengujian
kekerasan sering sekali dilakukan karena mengetahui kekerasan suatu material
maka (secara umum) juga dapat diketahui beberapa sifat mekanik lainnya, seperti
kekuatan. Pada pengujian kekerasan dengan metoda penekanan, penekan kecil
(identor) ditekankan pada permukaan bahan yang akan diuji dengan penekanan
tertentu. Kedalaman atau hasil penekanan merupakan fungsi dari nilai kekerasan,
makin lunak suatu bahan makin luas dan makin dalam akibat penekanan tersebut,
dan makin rendah nilai kekerasannya.
2.3 Uji Tarik
Uji tarik banyak
dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan
sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda uji diberi
beban gaya
tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan
pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji dengan extensometer,
seperti terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Skema pengujian tarik dengan UTM
Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang
membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan
cara membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.
s =
P / Ao
…..2.1
Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh
dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (d atau DL), dengan
panjang awal.
e = d/ Lo = DL/ Lo =
( L - Lo ) / Lo …….2.2
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan
perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan akan
mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.4. Kedua
kurva sering dipergunakan.
Gambar 2.4
Kurva Tegangan
Regangan teknik (s - e)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju
regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan
logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter
kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.
2.3.1
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik
atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strenght), adalah nilai
yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada
kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan
kekuatan material. Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan
beban lmaksimum, diman logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang
sangat terbatas. Pada tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan
kekuatan logam, kecil sekali kegunaannya. Kecenderungan yang banyak ditemui
adalah, mendasarkan rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya. Tetapi
karena jauh lebih praktis menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan
bahan, maka metode ini lebih banyak dipakai.
Kekuatan tarik
adalah besarnya beban maksimum dibagi dengan luas penampang lintang awal benda
uji.
su = P maks / Ao ……………
2.3
Korelasi emperis
yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik lainnya seperti
kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan tersebut hanya terbatas pada hasil penelitian
beberapa jenis material.
2.3.2 Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan tegangan yang
dibutuhkan untuk berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan
pada saat mulai terjadi deformasi plastis atau batas luluh, tergantung pada
kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar material mengalami perubahan sifat
dari elastis menjadi plastis, yang berlangsung sedikit demi sedikit dan titik
saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar ditentukan secara teliti. Sehingga
kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh offset, yaitu besarnya
tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis
yang ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan
pada perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan
kemiringan kurva pada regangan tertentu. Di Amerika Serikat regangan offset ditentukan sebesar 0,2 atau 0,1 % ( e = 0,002 atau 0,001 mm/mm)
sy = P(offset) / Ao …….2.4
Gambar 2.5 Kurva tegangan regangan yang mengindikasikan
kriteria luluh
Beberapa bahan pada dasarnya tidakmempunyai bagian linear pada kurva
tegangan-regangan, misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk
bahan-bahan tersebut, metode offset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian
praktis, kekuatan luluh didiefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk
menghasilkan regangan total tertentu, misalnya e = 0,5 %.
2.3.3 Keuletan (e)
Keuletan
adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang secara
umum pengukurannya dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu:
q
Menyatakan besarnya deformasi
yang mampu dialami suatu material, tanpa terjadi patah. Hal ini penting untuk
proses pembentukan logam, seperti pengerolan dan ekstruksi.
q
Menunjukkan kemampuan logam
untuk mengalir secara plastis sebelum patah.Keuletan logam yang tinggi
menunjukkan kemungkinan yang besar untuk berdeformasi secara lokal tanpa
terjadi perpatahan.
q
Sebagai petunjuk adanya
perubahan kondisi pengolahan.
Ukuran keuletan
dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan, walaupun tidak ada
hubungan langsung antara keuletan dengan perilaku dalam pemakaian bahan.
Cara untuk
menentukan keuletan yang diperoleh dari uji tarik adalah regangan teknis pada
saat patah (ef), yang biasa disebut perpanjangan dan pengukuran luas
penampang pada patahan (q). Kedua sifat ini didapat setelah terjadi patah,
dengan cara menaruh benda uji kembali, kemudian diukur panjang akhir benda uji
(Lf) dan diameter pada patahan (Df), untuk menghitung
luas penampang patahan (Af).
ef
= ( Lf – Lo ) / Lo ………..2.5
q
= ( Ao – Af
) / Ao ……….2.6
Baik perpanjangan maupun pengurangan luas
penampang, biasanya dinyatakan dalam persentase. Karena cukup besar bagian
deformasi plastis yang akan terkonsentrasi pada daerah penyempitan setempat,
maka harga ef akan bergantung pada panjang ukur awal (Lo).
Makin kecil panjang ukur, makin besar
pengaruhnya pada perpanjangan keseluruhan. Oleh karena itu bila diberikan harga
persentase perpanjangan, maka panjang ukur Lo akan selalu
disertakan.
2.3.4
Modulus Elastisitas ( E
)
Gradien bagian linear awal kurva
tegangan-regangan adalah modulus elastisitas atau modulus Young. Modulus
elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin besar modulus elastisitas
makin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.
Modulus
elastisitas dirumuskan seperti persamaan 2.7.
E = s / e …………….2.7
Modulus elastisitas biasanya diukur pada
temperatur tinggi dengan metode dinamik.
2.3.5
Kelentingan (Resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan
untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali
kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan. Kelentingan biasa dinyatakan
sebagai modulus kelentingan, yaitu energi regangan tiap satuan volume yang
dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh. Modulus
kelentingan (Resilience Mudulus) dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2.8.
UR = so2
/ 2E ……………2.8
2.3.6
Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah jumlah energi yang
diserap material sampai terjadi patah, yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang
diserap digunakan untuk berdeformasi, mengikuti arah pembebanan yang dialami.
Pada umumnya ketangguahan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau
didefinisikan..Terdapat beberapa pendekatan matematik untuk menentukan luas
daerah dibawah kurva tegangan-regangan.
Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva
yang dapat didekati dengan persamaan-persamaan berikut:
UT » su .ef ………..2.9
UT » ( so + su ) ef / 2 ………..2.10
UT
» 2/3 ( su ) ef .………..2.11
2.3.7
Kurva Tegangan Regangan
Sesungguhnya
Kurva tegangan regangan teknik tidak
memberikan indikasi karekteristik deformasi yang sesungguhnya, karena kurva
tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji, sedangkan selama
pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk logam liat, akan terjadi
penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga maksimum. Karena pada tahap
ini luas penampang lintang benda uji turun secara cepat, maka beban yang
dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan segera mengecil.
Kurva tegangan regangan teknik juga
menurun setelah melewati beban maksimum. Keadaan sebenarnya menunjukkan, logam
masih mengalami pengerasan regangan sampai patah sehingga tegangan yang
dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi juga bertambah besar. Tegangan yang
sesungguhnya (ss)
adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas penampang lintang benda uji, Ao
dimana beban itu bekerja.
Gambar 2.6 Perbandingan antara kurva tegangan regangan teknik
Dengan kurva tegangan regangan sesungguhnya
Langganan:
Postingan (Atom)